Senin, 14 Juni 2010

Cerita Kedung Gong di Plajan



Kapan itu terjadi, yang jelas menuurut cerita pada saat Desa Plajan baru berdiri sekitar 17 rumah, di Kedung inilah merupakan tempat Gong gaib yang sering dipinjam oleh orang-orang kampung dalam pertunjukan kesenian jawa ( klonengan ).

Bagaimana caranya : karena gong tersebut adalah gong yang dikuasai oleh makhluk pada alam yang berbeda ( gaib ) maka setiap orang yang mau pinjam harus menggunakan sesaji lengkap sambil membakar dupa atau kemenyan dengan harapan gong akan muncul dengan sendirinya, sehingga dapat dibawa pulang oleh sipeminjam.

Setelah selesai melakukan pertunjukan gong tersebut harus dikembalikan itupun juga harus dilengkapi dengan sesaji seperti pada saat peminjaman dilaksanakan, mengandung maksud mengembalikan gong dan ucapan terimakasih.

Setelah dikembalikan gong tersebut akan menghilang sebagaimana sediakala saat gong itu muncul, begitu seterusnya bahkan menurut cerita hal tersebut berjalan hingga puluhan tahun lamanya.

Tetapi lama kelamaan pada akhirnya tidak bisa dipinjam lagi walaupun disediakan sesaji dan dupa sebagaimana layaknya yang dilakukan orang-orang terdahulu, karena pada suatu ketika gong tersebut dipinjam tidak dikembalikan secara utuh ( ada yang diambil ), sehingga makin berkurang jumlahnya.

Akibat kemarahan dari si pemilik gong ( makhluk gaib ) sehingga gong tersebut tidak dapat muncul kembali ( tidak bisa dipinjam oleh orang-orang yang membutuhkan).

Termasuk gong milik Ibu Musrini salah satu bagian dari gong gaib yang di ambil oleh peminjam pada saat itu.

Legenda Wisata Kerto Guno



Kerto Guno merupakan saudagar yang sangat terkenal pada saat itu dan Nur Seto adalah salah satu abdi kinasih ( orang kepercayaannya ), mereka berdua sering naik turun gunung dengan menggunakan sarana transportasi ( strek atau songkro yang ditarik oleh dua ekor kerbau ) guna mencari rempah-rempah yang akan dipasarkan kekota.

Pada suatu ketika saat mereka membawa sayur kunci dari Dukuh Gronggong Desa Tanjung melalui jalan sempit dan terjal, setelah memasuki Desa Plajan kurang lebih 600 m dari perbatasan Desa Tanjung songkro bermuatan kunci sayur yang mereka tumpangi terperosok masuk ke lereng bukit, tatkala itu sayur kunci berhamburan, songkro hancur berkeping-keping, dua kerbau beserta dua orang penumpang Kerto Guno dan Nur Seto tersebut jatuh kelembah bukit.

Seketika itu pula dua kerbau dan Kerto Guno maupun Nur Seto berubah menjadi batu, sedangkan sayur kunci tumbuh menjamur pada saat musim penghujan tiba di sekitar bebatuan.

Dan sekarang dua orang antara Kerto Guno dan Nur Seto di abadikan dalam bentuk batu nisan

DESA PLAJAN - GONG PERDAMAIAN DUNIA




Dr. Djuyoto Suntani merupakan anak kandung lima bersaudara dari perkawinan Ibu Musrini dengan Bapak Suntani mantan Kadus I Desea Plajan yang purna tugas pada tahun 2002.
Musrini merupakan pewaris Gong keturunan ketujuh antara 512 Tahun yang lalu ( pada tahun 2002 ), sehingga usia gong pada saat ini telah mencapai 520 Tahun diperkirakan gong tersebut ada sekitar tahun 1490.
Djuyoto Suntani adalah seorang inisiator Gong Perdamaian Dunia, ide ini muncul ketika gong tersebut dibawa ke Kota Bali dan di bunyikan pertama kali oleh Prsiden RI Megawati Sukarno Putri pada 31 Desember 2002 tepat pukul 00.00 WITA dihadapan seluruh tokoh bangsa, untuk mencanangkan
Tahun 2003 sebagai Tahun Perdamaian Indonesia “
Akhirnya gong tersebut dibawa keliling ke beberapa negara guna menyerukan simbol perdamaian dunia

LEGENDA GOA SAKTI

Lubang pada tanah yang terjadi secara alami ini, sampai pada saat sekarang belum ada yang mampu memprediksi sejak kapankah terjadinya lubang itu, hanya dalam legenda yang menjadi cerita rakyat bahwa lubang tersebut adalah tempat Mbah Langkir bertapa sampai akhir hayatnya (Moksa) hilang jiwa dan raganya। Maka lubang tersebut diberinama ”Goa Langkir “.

Seiring berjalannya waktu Goa itu juga pernah jadi tempat bersarangnya kelelawar (Lowo) dengan jangka waktu yang cukup lama maka para pendatang kemudian memberi julukan Guo Lowo ( Goa Kelelawar ), dan juga pernah dihuni oleh sekelompok Burung Dadali namun waktunya relatif singkat.

Kenapa sekarang dinamakan Goa Sakti, Singkat cerita pada kala itu ada seorang seniman yang bernama Mbah Kartawi dia adalah salah satu seniman Emprak Dan Reog Barongan Desa Plajan yang pada masanya sangatlah tersohor, konon setiap kali mau ada pentas beliau selalu membawa barongannya ke Goa untuk disemedikan selama berhari-hari di dalam Goa tersebut, karena dengan disemedikannya barongan tersebut akan dapat menambah energi mistis bagi barongan itu sendiri dlm setiap kali pertunjukannya dan seolah-olah dapat membius para penonton hingga terbuai dalam pementasan barongan yang di adakan oleh Mbah Kartawi.

Dulu juga banyak orang-orang yang datang ke Goa tersebut guna melakukan ritual ( Ziarah ) pada saat mereka berziarah itu mereka melihat keanehan-keanehan yang terjadi di sekitar Goa, inilah mengapa julukan-julukan atau nama-nama yang terdahulu tidak lagi dipakai dan diganti dengan nama Goa Sakti.