Selasa, 29 Juni 2010

Ikuti Dan Hadiri Parade Musik 2010 se Kab Jepara

SELAMAT DATANG DI BLOGNYA ORANG DESA PLAJAN


PARADE MUSIK KREATIF

Dalam rangka

ulang tahun karang taruna Bina Arga

&
lunas pajak satu hari
Pengenalan Wisata Desa Plajan,


Daftarkan Band Kamu Segera

Acara Ini Dihadiri langsung
Oleh
Bupati Jepara
PENDAFTARA: 70.000

Dengan fasilitas :
  • panggung ragging
  • sound gantung
  • Piagam Bupati
PENDAFTARAN MULAI:

22 Juni-10 Juli 2010

PESERTA TERBATAS

3 Band Terbaik Mendapat
TROPI BUPATI

TEMPAT PENDAFTARAN:

DANIS STUDIO (BANGSRI)
SIMPLE STUDIO (KECAPI)
3 PUTR@CELL (PLAJAN)
Hotline 085 225 602 332
Di laksanakan:

DI LAPANGAN DESA PLAJAN

Tgl 15 Juli 2010

Jam 07.00- selesai
BINTANG TAMU:

  • STARS BAND
  • 3 Tiang (The Accoustic)

PENYELENGGARA: Karang Taruna "Bina Arga" Desa Plajan







Peta Desa Plajan

Jumat, 18 Juni 2010

Gong perdamaian Dunia













kegiatan-kegiatan Warga desa Plajan

PROFIL SINGKAT 8 DESA PENERIMA PLPBK DAN DESA PLAJAN SALAH SATUNYA

Desa Karanggondang
Desa Karanggondang merupakan salah satu desa pesisir yang berada di Kecamatan Mlonggo yang terdiri dari 15 dusun, 9 RW dan 58 RT. Jumlah Penduduk Desa Karanggondang pada tahun 2009 adalah 16 159 jiwa yang terdiri dari 7.836 pria dan 8.323 wanita. Pola aktivitas kawasan didominasi oleh kegiatan industri mebel, pemanfaatan sumberdaya kelautan, serta pertanian dan perkebunan.

Desa Suwawal
Desa Suwawal terletak di jalur utama yang menghubungkan Jepara-Tayu dengan jumlah penduduk 9.487 jiwa yang terdiri dari 4 dusun, 4 RW dan 38 RT. Karena letaknya yang cukup strategis, maka struktur perekonomian Desa Suwawal didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa, industri mebel, perikanan laut dan pertanian.


Desa Suwawal Timur
Desa Suwawal Timur adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Pakis Aji. Desa Suwawal timur terdiri dari 7 dusun 4 RW dan 27 RT. Jumlah penduduk Desa suwawal timur adalah 5.867 jiwa. Kegiatan perekonimian yang uta di desa tersebut antara lain industri mebel, perkebunan, pertanian dan peternakan.

Desa Plajan
Desa Plajan merupakan salah satu desa di Kecamatan Pakis Aji Kab. Jepara dengan topografi berbukit-bukit karena terletak di daerah pegunungan. Dengan jumlah penduduk sebesar 7.380 jiwa (3.681 pria dan 3.699 wanita), struktur perekonomiannya di dominasi oleh kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan serta industri mebel. Desa Plajan secara administratif terdiri dari 9 RW dan 58 RT

Kelurahan Demaan
Kelurahan Demaan yang terletak di Kecamatan Jepara merupakan salah satu kawasan pesisir yang berada di perkotaan. Struktur perekonomian masyarakatnya didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa, pemanfaatan hasil kelautan serta industri mebel. Kelurahan Demaan memiliki jumlah penduduk sebesar 4.926 jiwa yang terdiri 2.447 pria dan 2.549 wanita dengan Pekerjaan dan Mata pencaharian utama sebagai buruh industri dan pegawai. Kelurahan Demaan memiliki luas wilayah 59,914 ha yang terbagi menjadi 7 RW dan 23 RT.

Desa Petekeyan
Desa Petekeyan termasuk salah satu desa yang berada di Kecamatan Tahunan. Struktur perekonomian masyarakatnya didominasi oleh kegiatan industri mebel, perdagangan dan jasa, pertanian dan perkebunan. Posisi Desa Petekeyan cukup strategis karena terletak di daerah perkotaan serta dilewati jalan alternatif Jepara-Kalinyamatan

Desa Batukali
Desa Batukali merupakan salah satu desa di Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara, dengan jarak tempuh ke Ibu kota Kecamatan 2 .Km, dan ke Ibu Kota Kabupaten 18 Km, dan dapat ditempuh dengan kendaraan ± 45 menit. Secara Administratif wilayah Desa Batukali terdiri dari 15. RT, dan 04 RW, meliputi 2 Wilayah yang meliputi Kamituwo I dengan 2 RW dan 8 RT bagian Timur dan Kamituwo II meliputi 2 RW dan 7 RT bagian Barat. Luas wilayah daratan Desa Batukali adalah 332,315 Ha dengan peruntukan lahan yang dominan berupa sawah. Berdasarkan Data Administrasi Pemerintahan Desa, jumlah penduduk yang tercatat secara administrasi, berjumlah 1738 jiwa tahun 2006 .meningkat menjadi 1757 jiwa di tahun 2007, 1776 jiwa pada tahun 2008 dan1811 di tahun 2009. Struktur perekonomian masyarakatnya didominasi oleh kegiatan pertanian beserta kegiatan pendukung pertanian.

Desa Banyuputih
Desa Banyuputih merupakan satu dari dua belas desa di Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara, dengan luas wilayah 2।54 Km² dan terbagi menjadi 20 RT dan 5 RW dan meliputi 2 dukuh. Pola penggunaan lahan Desa Banyuputih didominasi oleh lahan persawahan dan tegalan/kebun. Berdasarkan Data Administrasi Pemerintahan Desa, jumlah penduduk yang tercatat secara administrasi, berjumlah 4.903 jiwa tahun 2006 .meningkat menjadi 4.975 jiwa di tahun 2007 dan 5.050 jiwa pada tahun 2008. Secara umum kondisi perekonomian desa Banyuputih di topang oleh beberapa mata pencaharian warga masyarakat dan dapat teridentifikasi kedalam beberapa bidang mata pencaharian, seperti: petani, buruh, PNS/TNI/Polri, karyawan swasta, pedagang, wirausaha, pensiunan, buruh bangunan/tukang, petemak.

Warga Plajan Kibarkan Bendera Sepanjang 350 Meter

Banyak cara untuk memeriahkan hari ulang tahun, HUT kemerdekaan Republik Indonesia yang selalu diperingati pada setiap tanggal 17 Agustus. Di desa Plajan Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara, warga memasang bendera merah putih sepanjang 350 meter dalam ranggka memeriahkan peringatan HUT RI ke 64 ini. Bendera panjang tersebut dipasang dipinggir jalan desa.

Berbagai kemeriahan selalu ada saat menjelang peringatan HUT RI yang dirayakan pada tanggal 17 Agustus. Hingar bingar warga mulai dari memasang bendera, umbul-umbul, dan pernak-pernik lain, selalu dilakukan di bulan Agustus ini. Bahkan hal yang aneh dan spektakulerpun dilakukan masyarakat untuk mengenang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 64 tahun silam.

Di desa Plajan kecamatan Pakis Aji kabupaten Jepara, bendera merah putih sepanjang 350 meter dan lebar empat meter dipasang mengelilingi jalan desa. Tak heran jika pemasangan bendera panjang itu kemudian menjadi tontonan anak-anak. Oleh warga, bendera panjang itu dikibarkan dengan tiang bambu mengelilingi jalan kampung.

Pemasangan bendera yang diyakini terpanjang itu, sebagai bentuk apresiasi generasi muda saat ini untuk mengenang proklamasi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan.

Dwi Haryanto, ketua pemuda desa tersebut mengatakan bahwa pembuatan bendera sepanjang 350 meter dan lebar 4 meter itu menghabiskan dana 4 juta untuk membeli kain, dan 6 ratus ribu untuk biaya penjahitan. Bendera panjang itu dibuat oleh dua orang penjahit selama hampir dua minggu.

Sementara itu. Petinggi Plajan, Marwoto mengatakan jika pemasangan bendera itu merupakan bagian dari antusias warga untuk memeriahkan hari ulang tahun kemerdekaan Bangsa ini. Dimasa saat ini, Marwoto berharap masyarakat tidak lupa dengan jerih payah para pahlawan yang telah susah payah memperjuangkan kemerdekaan Repulik Indonesia.

Peringatan HUT RI di setiap tahun ini juga diharapkan tidak hanya sekedar beramai-ramai, tetapi diharapkan warga menghayati makna kemerdekaan। Selain telah memasang bendera panjang tersebut, di desa Plajan juga akan memasang umbul-umbul setinggi 27 meter dan bendera merah putih dengan lebar empat meter.


Sumber berita: INFO POSKOTA JEPARA PRIMA POSKO

Visi dan Misi Desa Plajan


Terwujudnya Desa Plajan Yang Religius, Damai, Maju, Profesional, Proporsional, Nasonal Dan Sejahtera Lahir Batin Yang Berpijak Pada Potensi Budaya Lokal.


Gubernur Launching PLP-KB ke desa Plajan


JEPARA - Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLP-BK) yang dicanangkan Gubernur Bibit Waluyo meliputi 18 kabupaten/kota se-Jawa Tengah dengan menggelontorkan dana untuk program tersebut sebesar Rp 42 miliar yang dilaunching di Desa Plajan, Kecamatan Pakis Aji, Minggu (11/4).

Nominal itu dari bantuan langsung masyarakat (NLM) sebesar Rp 34,4 miliar yang akan disalurkan ke 157 desa di 18 kabupaten/kota dan bantuan kepada masyarakat dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara sebesar Rp 7,6 miliar.

Bibit mengemukakan, bantuan BLM diperoleh dari Kementerian Pekerjaan Umum sedangkan untuk bantuan masyarakat dan Pemkab Jepara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Rp 4,69 miliar dari 12 satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) ditambah Anggaran Pendapatan dan belanja Nasional (APBN)/Dekonsentrasi Rp 2,7 miliar dari lima SKPD.

Selain itu, Gubernur juga menyerahkan bantuan berupa 150 paket sembako, 100 paket seragam sekolah, dan 100 paket tas dan alat tulis sekolah, serta secara simbolis memberikan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Jepara untuk dua orang masing-masing Rp 10 juta dari yang disalurkan Rp 28,15 miliar untuk 7.053 orang.

Program lain yang juga diberikan adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dari Bank Nasional Indonesia (BNI) Cabang Jepara secara simbolis diberikan kepada dua orang sebesar Rp 15 juta dari yang disalurkan Rp 1,88 miliar.

"Program yang dicanangkan Pemprov ini sejalan dengan program Bali Ndesa Mbangun Ndesa yang sudah saya canangkan selama ini khususnya untuk pembangunan di Jawa Tengah. Saya yakin, program ini berjalan dengan baik termasuk juga pelaksanaannya," tegas Bibit.

Sumur Bor

Dalam kunjungannya ke Desa Plajan bersama rombongan pencinta Jeep, Gubernur juga meresmikan pembangunan sumur bor Tirto Agung dan Tirto Aji yang berada satu lokasi dengan TK Satu Atap dan SD Negeri 4 Plajan.

Bibit mengemukakan, Jawa Tengah termasuk terbaik se-Indonesia dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dalam hal Usaha Perekonomian Kecil (UPK), salah satunya dengan terbaik dalam permberdayaan hutan।(J4-69)

Suara Merdeka

Senin, 14 Juni 2010

Cerita Kedung Gong di Plajan



Kapan itu terjadi, yang jelas menuurut cerita pada saat Desa Plajan baru berdiri sekitar 17 rumah, di Kedung inilah merupakan tempat Gong gaib yang sering dipinjam oleh orang-orang kampung dalam pertunjukan kesenian jawa ( klonengan ).

Bagaimana caranya : karena gong tersebut adalah gong yang dikuasai oleh makhluk pada alam yang berbeda ( gaib ) maka setiap orang yang mau pinjam harus menggunakan sesaji lengkap sambil membakar dupa atau kemenyan dengan harapan gong akan muncul dengan sendirinya, sehingga dapat dibawa pulang oleh sipeminjam.

Setelah selesai melakukan pertunjukan gong tersebut harus dikembalikan itupun juga harus dilengkapi dengan sesaji seperti pada saat peminjaman dilaksanakan, mengandung maksud mengembalikan gong dan ucapan terimakasih.

Setelah dikembalikan gong tersebut akan menghilang sebagaimana sediakala saat gong itu muncul, begitu seterusnya bahkan menurut cerita hal tersebut berjalan hingga puluhan tahun lamanya.

Tetapi lama kelamaan pada akhirnya tidak bisa dipinjam lagi walaupun disediakan sesaji dan dupa sebagaimana layaknya yang dilakukan orang-orang terdahulu, karena pada suatu ketika gong tersebut dipinjam tidak dikembalikan secara utuh ( ada yang diambil ), sehingga makin berkurang jumlahnya.

Akibat kemarahan dari si pemilik gong ( makhluk gaib ) sehingga gong tersebut tidak dapat muncul kembali ( tidak bisa dipinjam oleh orang-orang yang membutuhkan).

Termasuk gong milik Ibu Musrini salah satu bagian dari gong gaib yang di ambil oleh peminjam pada saat itu.

Legenda Wisata Kerto Guno



Kerto Guno merupakan saudagar yang sangat terkenal pada saat itu dan Nur Seto adalah salah satu abdi kinasih ( orang kepercayaannya ), mereka berdua sering naik turun gunung dengan menggunakan sarana transportasi ( strek atau songkro yang ditarik oleh dua ekor kerbau ) guna mencari rempah-rempah yang akan dipasarkan kekota.

Pada suatu ketika saat mereka membawa sayur kunci dari Dukuh Gronggong Desa Tanjung melalui jalan sempit dan terjal, setelah memasuki Desa Plajan kurang lebih 600 m dari perbatasan Desa Tanjung songkro bermuatan kunci sayur yang mereka tumpangi terperosok masuk ke lereng bukit, tatkala itu sayur kunci berhamburan, songkro hancur berkeping-keping, dua kerbau beserta dua orang penumpang Kerto Guno dan Nur Seto tersebut jatuh kelembah bukit.

Seketika itu pula dua kerbau dan Kerto Guno maupun Nur Seto berubah menjadi batu, sedangkan sayur kunci tumbuh menjamur pada saat musim penghujan tiba di sekitar bebatuan.

Dan sekarang dua orang antara Kerto Guno dan Nur Seto di abadikan dalam bentuk batu nisan

DESA PLAJAN - GONG PERDAMAIAN DUNIA




Dr. Djuyoto Suntani merupakan anak kandung lima bersaudara dari perkawinan Ibu Musrini dengan Bapak Suntani mantan Kadus I Desea Plajan yang purna tugas pada tahun 2002.
Musrini merupakan pewaris Gong keturunan ketujuh antara 512 Tahun yang lalu ( pada tahun 2002 ), sehingga usia gong pada saat ini telah mencapai 520 Tahun diperkirakan gong tersebut ada sekitar tahun 1490.
Djuyoto Suntani adalah seorang inisiator Gong Perdamaian Dunia, ide ini muncul ketika gong tersebut dibawa ke Kota Bali dan di bunyikan pertama kali oleh Prsiden RI Megawati Sukarno Putri pada 31 Desember 2002 tepat pukul 00.00 WITA dihadapan seluruh tokoh bangsa, untuk mencanangkan
Tahun 2003 sebagai Tahun Perdamaian Indonesia “
Akhirnya gong tersebut dibawa keliling ke beberapa negara guna menyerukan simbol perdamaian dunia

LEGENDA GOA SAKTI

Lubang pada tanah yang terjadi secara alami ini, sampai pada saat sekarang belum ada yang mampu memprediksi sejak kapankah terjadinya lubang itu, hanya dalam legenda yang menjadi cerita rakyat bahwa lubang tersebut adalah tempat Mbah Langkir bertapa sampai akhir hayatnya (Moksa) hilang jiwa dan raganya। Maka lubang tersebut diberinama ”Goa Langkir “.

Seiring berjalannya waktu Goa itu juga pernah jadi tempat bersarangnya kelelawar (Lowo) dengan jangka waktu yang cukup lama maka para pendatang kemudian memberi julukan Guo Lowo ( Goa Kelelawar ), dan juga pernah dihuni oleh sekelompok Burung Dadali namun waktunya relatif singkat.

Kenapa sekarang dinamakan Goa Sakti, Singkat cerita pada kala itu ada seorang seniman yang bernama Mbah Kartawi dia adalah salah satu seniman Emprak Dan Reog Barongan Desa Plajan yang pada masanya sangatlah tersohor, konon setiap kali mau ada pentas beliau selalu membawa barongannya ke Goa untuk disemedikan selama berhari-hari di dalam Goa tersebut, karena dengan disemedikannya barongan tersebut akan dapat menambah energi mistis bagi barongan itu sendiri dlm setiap kali pertunjukannya dan seolah-olah dapat membius para penonton hingga terbuai dalam pementasan barongan yang di adakan oleh Mbah Kartawi.

Dulu juga banyak orang-orang yang datang ke Goa tersebut guna melakukan ritual ( Ziarah ) pada saat mereka berziarah itu mereka melihat keanehan-keanehan yang terjadi di sekitar Goa, inilah mengapa julukan-julukan atau nama-nama yang terdahulu tidak lagi dipakai dan diganti dengan nama Goa Sakti.